Suatu pagi yang cerah, ada sepasang burung kutilang. Burung
kutilang jantan bernama Doni dan betina bernama Dini. Doni dan Dini sangat
senang hari ini, karena akhirnya Dini bertelur.
“Ayah
lihat! Aku bertelur!” teriak Dini kegirangan
“Benarkah
?! Alhamdullilah kita harus bersyukur” ujar Doni
Sangat
indah pagi ini bagi sepasang burung tersebut. Mereka terlihat lebih semangat
karena kehadiran telur. Doni, pagi ini seperti biasa mencari makanan untuk Dini
dan bahan-bahan untuk membuat sarang
yang lebih nyaman untuk telur. Sementara
Dini harus menjaga sarang dan mengerami telurnya.
“Bu,
Ayah pergi dulu untuk mencari persediaan cacing dan bahan-bahan tambahan sarang
” ucap Doni
“Baik
yah, jangan sampai pulang terlalu larut ya” pesan Dini
“Iya
ibu, ibu juga telurnya tolong dijaga dengan baik”
“Tentu
saja ayah akan kujaga dan kuerami dengan sangat baik”
“Ya
sudah ayah berangkat dulu, dadah ibu…dadah telur sayangku”
Doni
akhirnya berangkat mencari makanan dengan penuh semangat. Begitu pula dengan
Dini yang menjaga sarang dan merawat telur dengan semangat. Ia membersihkan
sarang dan membuatnya menjadi lebih empuk, nyaman , dan hangat.
“Telur…jika
nanti kamu telah menetas, kuharap kamu bisa jadi burung kebanggaan kampung ini,
pintar, baik, dan pemberani seperti ayahmu”kata Dini penuh harap
KRESSSEK…KRESSEK..KRESSEK…..
Tiba-tiba
terdengar suara dari bawah pohon. Dini merasa khawatir oleh suara itu, karena
akhir-akhir ini sering terjadi pencurian telur yang sampai sekarang tidak ada
yang tahu siapa pelakunya.
“Hheeii…!
Siapa disana ?!” teriak Dini penuh dengan ketakutan
Tidak
ada jawaban yang terdengar dari mana pun. Dini semakin ketakutan. Namun , lama
kelamaan ketakutan itu berubah menjadi rasa kantuk yang luarbiasa, sebenarnya
apakah yang terjadi dengan Dini?
“Hooaaaam…kenapa
tiba-tiba aku merasa mengantuk..?”heran Dini
“Tidak
! Aku tidak boleh tidur! Aku harus menjaga telur ini”’
Tapi,
sekuat tenaga Dini menahan kantuk justru ia semakin bertambah mengantuk. Dan
tampaknya ia tak kuat lagi.
“A…ak..aku
tak kuat lagi..”Dini pun tertidur
Tak
lama kemudian seekor tikus keluar dari tempat persembunyiaannya di pohon.
Ternyata yang membuat Dini tertidur adalah tikus tersebut.
“Hahaha..rasakan
obat biusku..biar metong deh lo wuahahaha” ucap tikus tersebut sambil tertawa
jahat
“Akulah
Cero si ahli mencuri hhahahaha..”
Tikus
yang bernama Cero-lah yang selama ini mencuri telur-telur para burung. Ia
selalu membius korbannya dengan jarum bius yang ia tembakkan ke bagian tubuh
korbannya. Sangat licik apa yang dilakukan Cero.
Tak
lama kemudian Dini terbangun dan betapa kagetnya ia melihat telurnya telah
menghilang. Ia masih berusaha mengingat apa yang telah terjadi.
“Kemana..telurku
?! Bukankah tadi masih kueerami..?! Pasti ada yang mencuri !” teriak Dini penuh
dengan rasa yang campur aduk
“Kuharap
ayah cepat pulang..”ujar Dini penuh harap
Dan
akhirnya Doni pulang, ia membawa banyak cacing dan bahan sarang. Namun
tampaknya ia harus mendapat kabar buruk.
“Ayaaah!
Gawat yaah!” teriak Dini
“Ada
apa sih bu ?” Tanya Doni
“Begini
yah telur kita menghilang”jawab Dini dengan berat
“Apa !
Kenapa bisa terjadi?!”
“Aku tak tahu yah..mungkin dicuri hiks hiks
hiks”Dini mulai menangis
“Tenang
bu..aku akan ungkap siapa pencurinya”
Doni
mulai menyelidiki sekitar sarang. Disana ia menemukan jejak kaki kecil dan
sebuah sedotan. Doni masih belum tahu siapa pelakunya.
“Hmm..sepertinya
ini jejak hewan berkaki empat. Lalu sedotan ini, tampak mencurigakan tapi untuk
apa? Jangan-jangan untuk menembakan jarum bius..”
“Hei
tunggu..bukankah ini bau keju..berarti..pasti Cero si tikus karena ia tinggal
di dekat peternakan sapi yang biasa membuat keju”pikir Doni
Tampaknya
Doni sudah mengetahui siapa pelakunya. Karena Doni pernah menjadi dektetif
handal di kepolisian Burung. Ia pun bersiap untuk menuju rumah Cero. Tidak lupa
ia berpamitan dengan Dini dan cipika cipiki.
“Apa
ayah yakin Cero si tikus pelakunya?” Tanya Dini
“Tentu
saja, buktinya sudah ada”jawab Doni penuh dengan keyakinan
“Berangkat
dulu bu..” pamit Doni
“Hati-hati
yah..”
Akhirnya
Doni berangkat menuju ke tempat tinggal Cero si tikus. Di tengah perjalanan
Doni melihat seekor kucing yang sedang mengejar tikus. Dan ternyata tikus itu
adalah Cero !.
“Tolong!
Tolong! Aku tak mau menjadi cemilan kucing ! Tolong! Tolong!”panik tikus
“Hei..tunggu!
Tak usah lari cemilanku..hahaha”kata kucing
Dari Kejauhan tempat Doni terbang
“Bukankah
itu Cero?! Gawat sepertinya ia butuh pertolongan”ucap Doni
“Tidak..ia telah mencuri telurku..”
“Tapi ia harus kutolong..” Doni
berubah pikiran
Doni pun menyerang kucing dari tempat
ia terbang. Kucing terkejut bukan kepalang dengan serangan tiba-tiba yang
dilakukan oleh Doni.
“Heeeii..jangan curang kau
ya..menyerang ku tiba-tiba”geram kucing
“Kejar aku kalau berani”tantang
Doni
Tampaknya kucing terbawa emosi dan
lupa dengan mangsanya yaitu Cero si tikus. Cero sangat senang sekaligus heran
karena ia diselamatkan oleh seekor burung yang baru saja ia curi telurnya. Ia
terlihat terharu biru atas pertolongan Doni.
“Huuffftt..Untung saja burung itu
menyelamatkanku..gak nyangka deh” ujar Cero
“Apa yang selama ini aku lakukan ?
Aku selama ini hanya mencuri telur-telur para burung. Aku merasa bersalah
dengan apa yang selama ini kuperbuat hiks hikss”ucap Cero penuh penyesalan
Sementara itu, Doni masih
berputar-putar untuk membuat kucing lelah. Sepertinya kucing mulai kelelahan
mengejar Doni yang bisa terbang.
“Kau curang hhh..terus terbang..hh..
ah capose..cyinn”kesal kucing
“Hahahaha..tangkap aku jika kau
bisa”
Akhirnya kucing menyerah untuk
mengejar Doni. Doni tampaknya kelelahan karena terbang melanglang buana terlalu
lama. Doni pun pulang ke rumahnya indah bagai istana.
Sesampainya di rumah, Doni
terkejut. Telurnya telah kembali !. Ia terheran-heran dengan telurnya.
“Ayah pulang..”ucap Doni
“Oooh ayah..sudah pulang”ujar Dini
“Lhoo..kenapa telurnya sudah kembali..?!”Kaget
Doni
“Cero mengembalikannya tadi,
katanya ia minta maaf karena selama ini mencuri telur para burung”terang Dini
“Yang bonengg?! Lalu ia sekarang
dimana?”
“Ia menyerahkan diri ke polisi
burung dan mengakui dirinyalah yang mencuri telur burung-burung lain. Aku heran
kenapa ia tiba-tiba seperti itu?”
“ooalah… Hahaha..aku telah
menolongnya dari sergapan kucing bringas nan buas saat perjalanan menuju
rumahnya tadi”
“Hah?! Jadi begitu..Ayah menolong
sang pencuri?!”
“yaa.. gitu deh cyinn”
Akhirnya para burung tak lagi resah
dengan ulah Cero yang suka mencuri telur.
No comments:
Post a Comment