jadi ga enak nih copas mulu dari http://akuntansismkn1negara.blogspot.com/p/sejarah-akuntansi-di-indonesia.html
Sejarah akuntansi di Indonesia tidak
dapat terlepas dari perkembangan akuntansi dari luar. Negara asing
membawa akuntansi untuk masuk di Indonesia. Namun masyarakat Indonesia
tentunya sudah memiliki system akuntansi sendiri sebagai pelaporan,
misalnya pada zaman keemasan Sriwijaya, Majapahit, Mataram.
Sebelum bangsa Eropa masuk ke
Indonesia, transaksi daf\gang di Indonesia dilakukan dengan barter.
Orang Beanda dating ke Indonesia dengan tujuan dagang dan kemudian
mereka mebnetuk VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yang didirikan
pada tahun 1602. VOC membuka cabang di Batavia pada tahun 1619 dan
tempat-tempat lain di Indonesia. Kemudian dibentuk jabatan gubernur
jendral untuk menangani urusan VOC. Pada tanggal 31 Desember 1799 VOC
dibubarkan karena mengalami kemunduran. Pada waktu itu, VOC memperoleh
hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa.
Transaksi perdagangan terus bertambah dari waktu ke waktu, dan
dipastikan VOC telah melakukan pencatatam atas transaksi keuangannya.
Setelah VOC bubar pada tahun
1799, kekuasaanya diambil oleh Kerajaan Belanda. Pada waktu itu, catatan
pembukuannya menekankan pada mekanisme debet dan kredit. Pada abad
ke-19 banyak peruahaan didirikan dan masuk ke Indonesia seperti Deli
Maatschaappij (perkebunan), Biliton Maatschaappi (timah), Bataafche
Petrolium Maatschaappi (minyak), Koninklijke Paketvaart Maatschappi
(pelayanan nusantara selanjutnya setelah merdeka dinasionalisasikan
menjadi PELNI), Rotterdamsch Lloyd(maskapai atau agen pelayaran
internasional yang selanjutnya dinasionalisasi menjadi Djakarta Lloyd),
Koninklijke Nederlands Indische Luhtvaart Matshaappi (penerbangn
nusantara yang dinasionalisasikan menjadi Garuda Airways), dan masih
banyak lagi yang lainnya. Catatan pembukuannya merupakan modifikasi
system Venusia-Italia. Pada segmen perdagangan menengah ke bawah
dikuasai oleh pedagang keturunan Cina, India dan Arab. Dan pencatatannya
dipengaruhi oleh system asal etnis yang bersangkutan. Dengan demikian
maka terdapat sistem pembukuan Cina seperti system Hokkian (Amoy),
sistem Kanton, system Hokka, system Tio Tjoe atau system Swatow, system
pembukuan India (system Bombay) dan system pembukuan Arab (Hadramaut).
Pada masa penjajahan Jepang
antara tahun 1942-1945, banyak orang Belanda ditangkap dan dimasukkan ke
dalam sel, sehingga menyebabkan kekurangan tenaga kerja pada jawatan
Negara termasuk Kementerian Keuangan. Untuk mengatasi hal tersebut,
diadakan latihan pegawai dan kursus pembukuan pola Belanda dengan tenaga
pengajarnya J.E de I'duse, Akuntan, Dr. Butari, Akuntan, J.D. Masue dan
R.S. Koesoemoputro. Pada masa penjajahan Jepang, pembukuan msih
menggunakan system pola Belanda.
Pada jaman Kemerdekaan, awalnya
akuntansi berkembang adalah system Belanda yang dikenal dengan nama
system Tata Buku. Sistem ini sebenarnya merupakan subsistem dari
Akuntansi. Pendidikan di sekolah formal menggunakan system Tata Buku
seperti SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama), SMEA (Sekolah Menengah
Ekonomi Atas) dan di universitas yang memiliki Fakultas Ekonomi.
Masuknya modal asing terutama
dari Amerika dan sekutunya, juga memberikan bantuan (bea sisiswa) kepada
dosen-dosen Indonesia untuk belajar akuntansi di Amerika. Sistem
akuntansi Amerika menjadi dominan. Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia
atas bantuan Word Bank melakukan upaya harmonisasi system akuntansi
sehingga diupayakan untuk menghapus dualisme system akuntansi. Upaya
tersebut seperti mendirikan Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA), di
empat universitas yaitu UI, UGM, UNPAD dan USU. PPA melakukan pendidikan
ke pada dosen-dosen perguruan tinggi, guru-guru Tata Buku di SMEA
maupun di SMA seluruh Indonesia. Setelah selesai proyek itu, maka
berakhirlah dualism system akuntansi dan pendidikan akuntansi di
Indonesia.
No comments:
Post a Comment