Saturday, April 06, 2013

Sejarah Akuntansi di Indonesia

jadi ga enak nih copas mulu dari http://akuntansismkn1negara.blogspot.com/p/sejarah-akuntansi-di-indonesia.html

Sejarah akuntansi di Indonesia tidak dapat terlepas dari perkembangan akuntansi dari luar. Negara asing membawa akuntansi untuk masuk di Indonesia. Namun masyarakat Indonesia tentunya sudah memiliki system akuntansi sendiri sebagai pelaporan, misalnya pada zaman keemasan Sriwijaya, Majapahit, Mataram.

Sebelum bangsa Eropa masuk ke Indonesia, transaksi daf\gang di Indonesia dilakukan dengan barter. Orang Beanda dating ke Indonesia dengan tujuan dagang dan kemudian mereka mebnetuk VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yang didirikan pada tahun 1602. VOC membuka cabang di Batavia pada tahun 1619 dan tempat-tempat lain di Indonesia. Kemudian dibentuk jabatan gubernur jendral untuk menangani urusan VOC. Pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan karena mengalami kemunduran. Pada waktu itu, VOC memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa. Transaksi perdagangan terus bertambah dari waktu ke waktu, dan dipastikan VOC telah melakukan pencatatam atas transaksi keuangannya.

Setelah VOC bubar pada tahun 1799, kekuasaanya diambil oleh Kerajaan Belanda. Pada waktu itu, catatan pembukuannya menekankan pada mekanisme debet dan kredit. Pada abad ke-19 banyak peruahaan didirikan dan masuk ke Indonesia seperti Deli Maatschaappij (perkebunan), Biliton Maatschaappi (timah), Bataafche Petrolium Maatschaappi (minyak), Koninklijke Paketvaart Maatschappi (pelayanan nusantara selanjutnya setelah merdeka dinasionalisasikan menjadi PELNI), Rotterdamsch Lloyd(maskapai atau agen pelayaran internasional yang selanjutnya dinasionalisasi menjadi Djakarta Lloyd), Koninklijke Nederlands Indische Luhtvaart Matshaappi (penerbangn nusantara yang dinasionalisasikan menjadi Garuda Airways), dan masih banyak lagi yang lainnya. Catatan pembukuannya merupakan modifikasi system Venusia-Italia. Pada segmen perdagangan menengah ke bawah dikuasai oleh pedagang keturunan Cina, India dan Arab. Dan pencatatannya dipengaruhi oleh system asal etnis yang bersangkutan. Dengan demikian maka terdapat sistem pembukuan Cina seperti system Hokkian (Amoy), sistem Kanton, system Hokka, system Tio Tjoe atau system Swatow, system pembukuan India (system Bombay) dan system pembukuan Arab (Hadramaut).

Pada masa penjajahan Jepang antara tahun 1942-1945, banyak orang Belanda ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel, sehingga menyebabkan kekurangan tenaga kerja pada jawatan Negara termasuk Kementerian Keuangan. Untuk mengatasi hal tersebut, diadakan latihan pegawai dan kursus pembukuan pola Belanda dengan tenaga pengajarnya J.E de I'duse, Akuntan, Dr. Butari, Akuntan, J.D. Masue dan R.S. Koesoemoputro. Pada masa penjajahan Jepang, pembukuan msih menggunakan system pola Belanda. 

Pada jaman Kemerdekaan, awalnya akuntansi berkembang adalah system Belanda yang dikenal dengan nama system Tata Buku. Sistem ini sebenarnya merupakan subsistem dari Akuntansi. Pendidikan di sekolah formal menggunakan system Tata Buku seperti SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) dan di universitas yang memiliki Fakultas Ekonomi.

Masuknya modal asing terutama dari Amerika dan sekutunya, juga memberikan bantuan (bea sisiswa) kepada dosen-dosen Indonesia untuk belajar akuntansi di Amerika. Sistem akuntansi Amerika menjadi dominan. Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia atas bantuan Word Bank melakukan upaya harmonisasi system akuntansi sehingga diupayakan untuk menghapus dualisme system akuntansi. Upaya tersebut seperti mendirikan   Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA), di empat universitas yaitu UI, UGM, UNPAD dan USU. PPA melakukan pendidikan ke pada dosen-dosen perguruan tinggi, guru-guru Tata Buku di SMEA maupun di SMA seluruh Indonesia. Setelah selesai proyek itu, maka berakhirlah dualism system akuntansi dan pendidikan akuntansi di Indonesia.

No comments: